Bab 3

1212 Kata
Shakila termenung saat Davin yang telah lama tidak ia temui kini duduk di depannya dengan status dewa penolong dari ambang kemiskinan, Shakila kehabisan kata-kata sejak mereka bertemu lagi beberapa menit yang lalu. Lidahnya kelu karena ia tidak menyangka hidup dan matinya kini berada di tangan Davin, laki-laki yang dulu ia campakkan setelah taruhannya berhasil. "Sepertinya kalian sudah saling mengenal jadi papi akan tinggalkan kalian berdua," ujar Danny setelag tau kalau Davin dan Shakila sudah saling mengenal meski ia belum tau ada hubungan apa di antara Davin dan Shakila. Shakila tidak memberikan respon apa-apa, ia masih sangat shock melihat Davin. Namun, berbeda dengan Davin yang terlihat sangat antusias saat bertemu Shakila setelah terakhir ia bertemu Shakila lima tahun yang lalu. Pertemuan terakhir saat setelah ia dan Shakila b******a untuk pertama kalinya. "Jadi, kamu sudah tau syarat yang aku ajukan untuk menolong Sutowo Group?" Davin mulai membuka perbincangan di antara ia dan Shakila. "Ka ... Kamu melakukan itu untuk balas dendam?" Kalimat pertama Shakila membuat Davin tertawa sinis.     Tentu saja tidak, ada hal yang harus kita selesaikan, Shaki. gumam Davin dalam hati. "Kamu berpikir aku akan melakukan balas dendam dengan menikahi kamu? Kamu terlalu banyak baca novel, Shaki. Itu terlalu mainstream bukan? Kalau aku mau balas dendam aku akan membiarkan Sutowo Group bangkrut dan kamu akan jadi gelandangan, aku hanya ingin menikahi kamu karena apa yang dulu aku lakukan belum sempat aku pertanggungjawabkan," balas Davin. Shakila kaget mendengar ucapan Davin barusan. "Kenapa baru sekarang?" Tanya Shakila lagi. Davin menautkan sepuluh jarinya dan melihat Shakila dengan mata tajamnya tanpa berkedip sedikitpun. "Davin yang dulu sudah lama mati, Shaki. Jadi aku baru akan muncul di depan kamu saat Davin yang baru sudah siap," balas Davin. Shakila menilai perbedaan Davin si gemuk dan Davin yang duduk di depannya kini. Tidak ada lagi kaca mata besar terpasang di hidung Davin, behel yang melekat di gigi pun sudah tidak ada. Tubuh penuh lemak yang sempat menjadi bahan tertawaan Shakila dan sahabat-sahabatnya pun kini berganti dengan tubuh proposional.     "Ini semua sudah kamu rencanakan," sindir Shakila, "kamu tau kalau aku putri tunggal Sutowo Group dan kamu mengambil kesempatan ini untuk balas dendam," lanjut Shakila yang masih menganggap Davin menikahinya karena ingin balas dendam. Lagi-lagi Davin tertawa sinis. "Terserah kamu mau berpikir jalan keluar yang aku tawarkan untuk Sutowo Group adalah balas dendam, tapi buatku ini tanggung jawab karena aku sudah mengambil keperawanan kamu lima tahun yang lalu. Pak Danny, ayahmu dan berarti dia calon mertuaku. Bukankah sudah kewajiban seorang menantu menolong mertua yang sedang kesulitan ekonomi?" Shakila menghembuskan napas dalam-dalam. "Ini sekedar bisnis, Davin." "Bagiku tidak," balas Davin. ****           Danny melihat Shakila berubah sejak bertemu Davin semalam, Shakila lebih banyak termenung sambil menghela napas dalam-dalam. "Keputusan kamu masih sama, Shaki? Atau kamu berubah pikiran?" Tanya Danny. Shakila berhenti melamun setelah mendengar pertanyaan Danny. "Tidak pi, keputusanku masih tetap sama. Aku akan menikah dengan Davin, untuk menyelamatkan Sutowo Group dari ambang kehancuran," balas Shakila. Seharian Shakila memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil setelah tau Davin yang akan menjadi suaminya dan Shakila akhirnya memutuskan menerima tawaran itu karena Davin akan membantunya untuk tetap bisa menikmati hidup dalam kemewahan dan juga membantu Sutowo Group yang hampir hancur. Ini hanya pernikahan karena perjanjian, gumam Shakila dalam hati. "Kalau kamu memang pikir ini yang terbaik, papi akan mendukung apa pun keputusan kamu." Danny memeluk Shakila dengan erat. Sungguh berat bagi Danny melepaskan Shakila dengan cara seperti ini tapi mungkin hanya dengan ini semuanya bisa kembali seperti semula. Davin pun bukan orang sembarangan yang akan menyakiti Shakila apalagi Danny percaya mereka sudah saling kenal lama.     Sore harinya. Cecilia-sekretaris Davin menyerahkan map berisi perjanjian kerjasama penanaman modal antara Baratta Group dengan Sutowo Group ke tangan Yudha, Yudha membuka map itu lalu menyerahkan perjanjian kerjasama itu kepada Danny. Danny mulai membaca dan ternyata Davin benar-benar akan memberikan dana sebesar satu triliyun. "Bapak setuju dengan isinya?" Tanya Davin. Danny pun mengangguk dan meminta pena yang diberikan Shakila sebagai hadiah ulangtahunnya ke Yudha. Dengan yakin ia menandatangani surat perjanjian itu dengan harapan setelah ini semuanya bisa kembali normal. Davin tersenyum penuh arti, dengan ditandatangani surat perjanjian itu berarti Shakila akan segera menjadi miliknya. Danny menyerahkan surat perjanjian itu kepada Davin kembali agar Davin menandatanganinya. Setelah surat itu ditandatangani, Davin memberi kode ke Cecilia untuk segera mentransfer uang ke rekening Sutowo Group. "Saya akan menjaga Shakila, pak. Mulai hari ini Shakila akan menjadi tanggung jawab saya, Shakila akan menjadi menantu keluarga Baratta dan semua kebutuhan Shakila saya yang akan tanggung, bapak fokus memperbaiki kondisi Sutowo Group saja." Danny pun mengangguk karena sebentar lagi Davin akan menjadi keluarganya juga. Danny akan menyerahkan semua tanggung jawab menjaga Shakila ke tangan Davin. "Terima kasih, senang bekerja sama dengan bapak," Davin menjulurkan tangannya ke arah Danny, Danny pun membalas uluran itu dan bersyukur ada dewa penolong yang membantunya keluar dari masalah. Berbeda dengan Davin, bagi Davin ini awal mula ia bisa memiliki Shakila seutuhnya. **** Davin membuka dasi yang melilit lehernya untuk mengambil napas beberapa kali dari rasa letih setelah seharian ini meeting demi meeting ia lakukan agar Baratta Group semakin berjaya untuk menjaga apa yang Michael tinggalkan untuknya. "Kamu sudah makan?" Tanya Laila dengan lembut. "Sudah ma, mama sudah makan?" Tanya Davin setelah memeluk Laila yang kini tinggal berdua dengannya sejak Michael meninggal. Laila menyentuh pipi Davin dengan lembut, "Sudah, urusan kamu lancar hari ini?" Tanya Laila saat melihat Davin terlihat sangat kelelahan.     "Hmmm lancar dong, oh iya Davin mau memberitahu mama kabar bahagia," Davin menarik tangan Laila untuk duduk di sampingnya. Ia ingin memberitahu Laila rencana pernikahannya dengan Shakila, tapi Davin tidak akan memberitahu Laila tentang perjanjian dengan Sutowo Group. "Oh ya? Jangan bilang kamu sudah bertemu seorang wanita?" Tebak Laila setelah melihat aura berbeda dari wajah Davin. Laila tidak pernah melihat Davin membawa satu wanita pun ke rumahnya atau membahas tentang hubungannya dengan wanita. Beberapa kali Laila menyinggung soal pernikahan dan Davin selalu menolak dengan alasan pekerjaan akan membuatnya sibuk. "Mama selalu bisa membaca isi pikiranku dan ya mama benar ... Aku menyukai satu wanita dan berniat menikahinya," balad Davin. Laila cukup terkejut, ia pikir Davin baru mengenal wanita itu tapi ternyata ia sudah berencana menikah. "Menikah? Wow ini kabar membahagiakan untuk mama, kalau boleh tau siapa wanita itu? Mama tidak sabar bertemu calon menantu mama," ujar Laila dengan antusias. "Kejutan, nanti malam Davin akan membawanya ke sini untuk berkenalan dengan mama."   Laila pun bisa sedikit bernapas karena setelah kematian Michael, Davin langsung mengambil alih semua tanggung jawab Baratta Group dan itu sangat berat untuk Davin. Di rumah Shakila. "Gue mau nikah," ujar Shakila pelan untuk melihat reaksi tiga sahabatnya. Utari terlihat shock, Jessica tertawa dan Shainina melihat Shakila dengan tatapan tidak percaya. "Serius?" Ujar mereka bertiga dengan serempak. Shakila mengangguk. "Siapa calon suami elo?" "Elo hamil?" Serta pertanyaan lainnya yang datang bertubi-tubi. Shakila menghembuskan napas beberapa kali agar ia bisa memberitahu sahabatnya kalau Davin lah yang akan menjadi suaminya. "Davin ... Davin Oriza Baratta, mantan gue," balas Shakila dengan pelan, ia melihat reaksi tiga sahabatnya lagi.     "Apa! Davin!" Teriak mereka bertiga dengan lantang. Mampus gue, gumam Shakila dalam hati. "Davin, mantan elo yang gemuk itu?" Tanya Utari. Shakila mengangguk. "Kok bisa?" Kali ini Jessica menimpali. "Gue ... Dijodohkan papi," balas Shakila berbohong, tidak mungkin ia memberitahu alasan sebenarnya kepada tiga sahabatnya kalau pernikahan ini untuk menyelamatkannya dari kemiskinan. Shainina bertepuk tangan dengan keras. "Gila ya, jodoh elo ternyata dia. Kalau tau begini kenapa dulu kalian putus ya," lanjut Jessica. Andai kalian tau, gumam Shakila lagi "Kapan pernikahannya? Pokoknya pesta pernikahan elo harus mewah, sis. Suami elo Davin Baratta loh, cowok tajir! Elo akan hidup dalam kemewahan," ujar Utari dengan antusias. Shakila pun mengangguk, walau berat hidup bersama Davin tapi membayangkan Davin akan memenuhi semua kebutuhannya membuat Shakila melupakan hubungan buruk mereka di masa lalu. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN