“Kei,” Panggil Sean lirih yang masih menangis di dalam pelukan pria itu. “Kenapa Kei? Kenapa kamu nggak jujur dari awal saat kita bertemu waktu itu kalau kamu masih punya perasaan yang sama buat Abang? Seandainya kamu jujur lebih cepat, ini semua nggak akan terjadi. Abang nggak akan ngelakuin hal bodoh itu dengan Zola dan hubungan kamu sama Mahesa juga bisa berakhirkan?” Keisya menarik diri dan menatap Sean. Pria itu menghapus sisa air mata di wajah Keisya. “Nggak semudah itu Bang. Masih banyak hal-hal yang mengganjal di antara kita, apa yang kita lalui dulu nggak bisa dilupakan semudah itu. Awalnya aku juga nggak yakin sama perasaan yang aku punya apakah masih sama atau enggak. Aku pikir itu hanyalah sisa perasaan karena masalah di antara kita belum selesai. Aku masih belum bisa berdamai