Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
… Chandly sangat yakin kalau putranya pasti belum membayar siomay tadi. Tapi bagaimana bisa, pikirnya heran. “Mungkin memang ada yang tertinggal, Nak. Kamu jangan suudzhon dulu sama cucu Daddy,” ujar Zhain tidak terima bila putri dan menantunya menganggap Gamal lupa membayar siomay. Dyrta masih tertawa geli melihat ekspresi bodoh putranya tadi. Benar-benar diluar dugaan. Bahkan dia tidak mengerti satu hal, kenapa pria cerdik seperti Gamal bisa melupakan harga dirinya begitu saja sampai lupa membayar siomay yang ia beli. Itu sangat miris sekali, pikirnya. “Tapi gimana ceritanya, Dad? Masa dia beli terus lupa bayar? Gimana konsepnya coba?” ujar Chandly terus menggelengkan kepala membayangkan jika putranya benar-benar lupa membayar siomay. Berbeda dengan

