“Kencana, aku … aku tidak main-main dengan ucapanku,” ujar Gamal dengan nada pelan di ujung kalimat dan ekspresi mengisyaratkan bahwa dia sangat pilu. Jantung Kencana berdegup kencang melihat raut wajah Gamal. Entah kenapa, dia merasa tidak tega melihatnya seperti ini. Dia membuang wajahnya ke arah lain dan berjalan mundur. Rasanya, kedua kakinya hampir tidak sanggup berdiri lagi dan dia ingin segera pergi dari rumah bak istana ini. “Aku bersungguh-sungguh. Apa tidak bisa kau memberiku kesempatan kedua?” Pertanyaan Gamal sukses merespon perhatian Kencana lagi. Wanita bermata indah itu kembali menatapnya walau masih berdiam diri. Sementara Gamal mulai merutuki keteledoran bibirnya yang terus berbicara tanpa henti. Astaga! Apa yang dia katakan barusan? Ada apa deng