Kezia hanya bisa menatap lesu pada punggung Nino sebelum pria itu menghilang di balik dinding pembatas antara ruang tamu dan ruang makan untuk menaiki satu per satu anak tangga menuju ke lantai atas. Pundak wanita muda itu terkulai lemas seiring dengan hilangnya sosok sang suami dari pandangan. Selama beberapa menit, Kezia masih bergeming di tempatnya seraya menatap lama pada sudut meja yang berada di depannya. Tatapan wanita muda itu bahkan lebih cocok untuk dikatakan sebagai sebuah lamunan. "Memangnya salah, ya, kalau aku nanya begitu?" gumam Kezia bertanya pada diri sendiri setelah kesadarannya kembali ke permukaan, bukan malah mengambang-ambang di dalam lamunannya. "Aku ... aku 'kan cuma butuh kepastian," lanjut wanita muda itu menambahkan dan masih menggunakan suara gumaman yang terd