Avia dan Dirga memutuskan untuk periksa ke rumah sakit swasta terbesar tempat mereka berdua sering control untuk program kehamilannya. Keduanya tak banyak bicara, fokus dengan pemikiran masing-masing dan dengan doa yang terpanjat di hati. Pagi itu langit masih dihiasi warna kelabu ketika Avia melangkah keluar dari mobil bersama Dirga. Meski langit sedikit muram, hatinya justru dipenuhi perasaan yang sulit dijelaskan, gugup, cemas namun juga senang. Dia menggenggam tangan Dirga erat ketika mereka memasuki lobi rumah sakit, salah satu fasilitas kesehatan peremium di ibukota. Petugas di meja resepsionis tersenyum ramah ketika melihat mereka. “Selamat pagi ibu Avia dan Pak Dirga. Silakan langsung ke lantai lima, ruang VIP kebidanan dan kandungan, kami sudah menyiapkan ruang periksa untuk dok

