Meskipun Levin telah melangkah jauh, namun Liona tetap terpaku, raut wajahnya berubah pucat. Ucapan Levin tadi telah meniupkan keresahan dalam benaknya, pria itu sepertinya mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak dia ketahui. "Apa jangan-jangan … Kak Levin tahu sesuatu? Nggak, itu nggak mungkin. Bisa gawat kalau dia tahu yang sebenarnya," gumam Liona dengan hati yang berdebar-debar. Dengan langkah gontai, Liona bergegas masuk ke dalam mobilnya. Sebelum ban mobil melaju meninggalkan rumah sakit, tangan gemetarnya sempat menghubungi seseorang. Baru setelah itu, ia menginjak pedal gas dengan buru-buru. * Sementara itu, di dalam kamar rawat inap Jessica, Levin memasuki ruangan dengan hati yang lega. Ruangan itu hanya diisi oleh Jessica, Junior dan Reni, tidak ada bayang-bayang Noel. Ini a