2

1201 Kata
Selesai acara akad nikah, Utama membawa Nayla ke rumah pribadinya. Rumah itu sangat besar dan mewah sekali. Nayla begitu takjub melihatnya. Nayla belum pernah melihat rumah sebesar dan seindah ini. Tamannya begitu luas dan banyak sekali bunga yang tumbuh indah. Bakal betah berlama -lama di taman kalau begini, batinnya. Nayla pulang ke rumah pribadi Utama bersama Raymond. Utama beralasan ada acara penting di kantornya dan ia pergi tepat setelah pengucapan akad nikah itu. Selama di perjalanan menuju rumah, Raymond dan Nayla sama -sama diam. Nayla duduk di belakang dan Raymon mengendarai mobil. Nayla memangtidak ingin bicara apapun. Raymond sesekali melirik Nayla melalui kaca spion tengah. Ia tergoda dengan kecantikan Nayla yang seperti bidadari. Diam -diam, sahabat Utama itu mengangumi istri sahabatnya sendiri. Mungkin, kalau Nayla diceraikan Utama, Raymond siap menampung Nayla. Siapa yang bisa menolak pesona Nayla. Utama saja yang bodoh mengabaikan Nayla dan tetap mempertahankan Jesica. Mobil sedan sport sudah berhenti di halaman rumah besaritu. Raymond sudah keluar dan membukakan pintu mobil agar Nayla bisa keluar. "Terima kasih Kak Ray," ucap Nayla ramah. Raymond hanay mengangguk dan mengulum senyum. Janagn sampai ia terlihat tersenyum dan nampak sedang mengagui istri sahabatnya. Kedua matanya yang tertutup kaca mata hitam bisa menyamarkan pandangan ke arah Nayla. Nayla berdiri di depan teras dan di sambut oleh pelayan khusu yang bakal membantu Nayla selama berada di rumah itu. "Selamat datang di rumah kediaman Pak Utama Mahendra, Nyonya. Nama saya, Lira. saya akan mebantu Nyonya Nayla mengenal semua sudut rumah ini dan kalau ada apa -apa tinggal bilang sama Lira," ucap Lira dengan senyum sumringah. Lira pikir nyonya besarnya bakal seram dan menakutkan. Karena Jesica kekasih Utama juga agak galak, sombong dan ketus ernyata Lira salah, Nayla adalah gadis yang baik, ramah dan murah senyum. "Hai Lira, salam kenal," jawab Nayla ramah. Lira menunjukkan kamar yang akan di tempati oleh Nayla. kamar itu berada di lantai dua. Rumah sebesar itu tentu saja banyak sekali kamar kosong. "Ini kamar siapa saja?" tanya Nayla menunjuk beberapa kamar yang ia lewati. "Kamar tamu," jawab Lira singkat. Tidak mungkin Lira mengumbar semua aib yang pernah dilakukan Bos besarnya di rumah ini. "Oh ..." jawab Nayla singkat. Lira dan Nayla sudah naik ke atas dan masuk ke salah satu kamar yang terlihat paling besar di atas. Pintu kamar telah dibuka dan memperlihatkan kamar yang sangat indah. Nayla berdecak kagum melihatnya. Kamar yang begitu lengkap isinya. Ranjang yang terbuat dari besi berwarna emas, senada dengan lemari pakaian dan meja rias dengan kaca berbentuk oval memberikan kesaln mewah. Nayla belum berhenti berdecak kagum dan duduk di tepi ranjang yang sanagt empuk. Ia harus membayar mahal untuk kemewahan ini. Satu tahun pasti akan berallu dengan cepat. "Ini pakaian milik Nyonya juga sudah di persiapkan," jelas Lira membuka lemari pakaian yang sudah lengkap dengan baju gamis, hijab hingga leging yang memang biasa Nayla pakai. "Siapa yang membeli semua ini?" tanya Nayla. "Tentu saja, Pak Utama. Saya hanya bagian merapikan saja. Nah ini rak tas dan sepatu. Bagian dalam ini ada beberapa perhiasan dan aksesoris untuk Nyonya. Dan ini yang terahir adalah skin care lengkap. Semoga saja cocok," ucap Lira penuh semangat. Nayla hanya manggut -manggutsaja. Ia tak menyangka hidupnya bisa berubah seratus delapan puluh derajat menjadi seperti sekarang ini. Lira pun pamit untuk ke luardari kamar ini dan menyelesaiakn tugas lainnya. Nayla hanya menganggu dan mempersilakan Lira keluar dan menutup kembali kamar pribadi Nayla. Kamar ini sangat besar dan ada beberap foto terpajang di dinding. Nayla baru melihatdan mendekati foto itu. "Pak Utama? Seperti ini rupanya? ia masih muda sekali. tampan juga." Pikiran nayla melayang pada tiga hari yang lalu. Nayla merasa smeua doa -doa yang ia panjatkan di sepertiga malam selama ini di jabah oleh penguasa bumi. Saat itu, Nayla sedang mengajar anak -anak panti. Seperti biasa, setelah mengajar di Taman Kanak -kanaka di dekat Panti, Nayla melanjutkan mengajar semua anak panti yang sama sekali tak mengenyam pendidikan. Tiba -tiba saja, Raymonddatang dengan membawa banyak sekali makanan dan buku -buku untuk anak panti. Raymond mulai mengeluarkan semua niatnya untuk mencari gadis yang mau dinikahkan dengan anak majikannya. Tetapi, pernikahan itu hanya berlangsung satu tahun saja atau disebut nikah kontrak. Imbalan yang akan diterima sebesar tiga milyar. Nayla dan Ibu Lasini cukup kaget dengan ominal yang ditawarkan oleh Raymond. Perjanjian kotrak nikah itu juga jelas sekali tertulis di sebuah lembar kertas dengan rapi dan detail. Nayla melirik ke arah Ibu Lasini yang akhir -akhir ini mengeluhkan ke adaan panti yang semakin sei donatur. Jangakan untuk membeli kebutuha lain, untuk makan saja mereka sanagt sulit dan harus membagi rata nasi dan lauk pauk yang ada. Terkadang mereka juga hanya makan bubursaja agarberas yang sedikit itu bisa terlihat banya walaupun tetap saja tidak akan mengenangkan perut anak -anak panti yang mulai masa pertumbuhan. Dengan lantang, Nayla menjawab mau menjadi istri anak majikan Raymond itu. Raymonds angat senang sekali. Ia meminta data diri Nayla dan keesokkan harinya Raymond kembali datang dengan imbalan uang yang dijanjikan serat beberapa bahan poko untuk panti. "Apa yang harus aku lakukan setelah ini?" tanya Nayla pada dirinya sendiri. "Semoga Nayla bisa menjalaninya dengan baik selama satu tahun ini. Nayla tetap istri Pak Utama. nayla harus melayani Pak Utama sebagaimana mestnya. Bukankah pernikaha tadi itu sakral," ucap Nayla berkecamuk sendiri dalam dilema besar. Nayla memang bukan wanita yang paham agama. api, setidaknya ia tahu persis apa yang harus dilakukannya sebagai wanita terutama sebagai istri. *** Nayla sudah mendapat kabardari Bu Lasini, kalau perasi camgkok mata Nenek mawar berhasil. Sejak tadi, Nenek Mawar memanggil nama Nayla, tetapi Ibu Lasini berhasil menenangkan Nenek Mawar. Hari sudah larut malam, Nayla sudah makan malam di ruang makan bersama Raymond tadi. Nayla semapt bertanay pada Raymond tentang Pak Utama. Kata Raymond, Pak Utama pasti pulang larut malam. adi tidak perlu, Nayla tunggu. Nayla sudah berada di atas kaur yang mpuk. Ia hanay memakai pakaian tidur yang panjang berbahan satin halus. Ponselnya diletakkan di atas nakas dan ia sibuk membaca buku yang diawanya dari rumah. Ceklek ... Utama sudah pulang dan masuk ke dalam kamarnya. Saat ini waktu menujukkan tepat pukul satu malam. Nayla menutup bukunya dan menatap Utama yang masih memuggunginya untuk menutup pintu. "Pak? Mau mandi? Biar Nayla siapkan air hangat?" ucap Nayla membuka suara sambil mendekati Utama untuk meraih tanagn Utamadan mencium punggung tangan itu dengan sikap hormat sebagai istri. Utama yang baru saja membalikkan tubuhnya begtu kaget menatap Nayla yang sudah ada di depannya. Utama tidak mendengar apapun tai. Pikirannay sedang kacau. Ia pun baru pulang dari sebuah klub malam untuk bersenang -senang. Nayla tetap memakai hijab dan cadar untuk menutupi wajahnya. Nayla berusaha menutup semua auratnya agarUtama tidak memiliki hasrat padanya. "Awas! Aku mau istirahat!" ucap Utama begitu lantang dengan tatapan tajam. Nayla memundurkan langkahnya dan tetap berusaha menjadi istri yang baik. Utama melepas jaketnya dan meletakkan sembarang. Ia membuka semua kancing kemejanya dan melepas ikat igganya lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur miliknya. Raut wajah Utama begitu merah dan wangi alkhohol jelas tercium dari mulutnya. Nayla memunguti barang -barang Utama dan menaruh di keranjang cucian. Ia menemukan sebuah alat pengaman yang masih tersegel dengan struk pembeliannya. Nayla cukup kaget, Utama membeli tiga alat pengaman dan ini tersisa hanya satu? lalu yang dua kemana? Apakah Utama sering melakukan hubungan terlarang itu dengan para wanita malam?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN