Bab 22

812 Kata

Mobil hitam itu berhenti di depan sebuah apartemen sederhana di tengah kota. Hujan baru saja reda, namun udara masih lembap, menempel di kulit seperti embun dingin yang menyusup sampai ke tulang. Matteo turun dari mobil dengan langkah panjang dan cepat. Rahangnya mengeras, matanya tajam menatap papan nama di depan bangunan itu—tempat Zenia kini tinggal setelah meninggalkannya. Tangannya mengepal saat menekan bel pintu. Tak lama kemudian, pintu terbuka. Zenia berdiri di ambang pintu, mengenakan sweater abu-abu longgar, wajahnya tampak terkejut melihat Matteo berdiri di sana. “Matteo?” suaranya pelan, ragu, seolah tidak percaya lelaki itu benar-benar datang. Tanpa menjawab, Matteo langsung melangkah masuk, memaksa Zenia mundur beberapa langkah. “Kita pulang,” katanya datar. Zenia mematun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN