Di ruangannya Lukas berdiri mematung di depan jendela besar yang menghadap keluar. Matanya memang melihat puluhan kendaraan bermotor yang berlalu lalang. Tapi pikirannya bercampur aduk antara amarah, penyesalan dan rasa bersalah yang tidak bisa dia abaikan. Tadi pagi Lukas meminta atau lebih tepatnya memaksa para dokter untuk mengizinkannya pulang. Lukas bahkan mengabaikan Karmila yang mengamuk pada dirinya. Suara ketukan pintu membuat Lukas tersadar dari lamunannya. “Masuk,” katanya dengan suara yang tegas. Veronica masuk dengan langkah tenang lalu menutup pintu di belakangnya. Wajahnya tetap datar meski jantungnya berdetak kencang. Ia menatap Lukas yang berdiri dengan tubuh tegang di dekat jendela. “Apa yang ingin Bapak bicarakan?” tanya Veronica memulai percakapan dengan nada netral