Pagi menyapa dengan dering alarm yang seketika mengusik Dara. Dara terbangun di antara kecanggungan yang tiba-tiba saja menyapa. Iya, entah kenapa, rasa canggung yang terasa sangat kuat mendadak menyelimuti perasaan Dara pada Fean. Pria itu masih menjaganya dan baru saja mematikan alarm di beker yang menghiasi nakas sebelah Fean. Fean masih duduk tenang tak ubahnya patung yang diberi kehidupan. Fean tersenyum menyambut Dara kemudian menggunakan tangan kanannya untuk membingkai sebelah wajah Dara. Istrinya itu langsung menunduk setelah sebelumnya sempat berusaha menghindari tangan kanannya. “Hari ini kamu mau ikut aku, apa melanjutkan pengobatan?” Fean berucap lirih tanpa menyudahi kesibukan tangan kananya dalam membelai wajah Dara yang sampai ia bingkai. Dara tetap menunduk. “Aku sudah