105 : Butuh Teman

1513 Kata

“Enggak seenak kepiting lada hitam buatan om Fean.” Arkana menghela napas tak bersemangat. “Tuhan sedang menegur kita agar kita makin menghargai sekaligus mensyukuri apa yang kita miliki.” Lita yang duduk di hadapan Arkana juga tak kalah tak bersemangat. Bedanya, alasan Lita tak bersemangat bukan karena kepiting lada hitam yang Arkana bahas, melainkan duka dan luka yang terus menyertai mereka. Arkana menatap Lita. “Masih belum move on juga setelah apa yang dia lakukan? Dari tampangnya, dia memang sangat berkarisma sekaligus tanggung jawab. Namun bukan berarti orang bertampang alim bahkan mereka yang berpendidikan sekaligus mengerti agama, tidak mungkin melakukan kesalahan fatal, terlebih kejahatan, kan?” Lita menghela napas dalam kemudian mengamati suasana restoran pusat milik Fean yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN