Yang Shalsha takutkan sekarang adalah keadaan bayi dalam kandungannya. Rasa sakit tidak dia rasa, Shalsha terus meneteskan air matanya sambil berucap, “Tolong…. Tolong bayiku…,” ucapnya dengan bibir bergetar ketika para perawat mulai membantunya. Shalsha dibaringkan di brankar, matanya menatap tidak jelas lampu-lampu di langit rumah sakit. Mata Shalsha terhalang oleh air mata, terus menetes tanpa henti. Tangannya juga mengelus terus menerus perutnya. Shalsha dapat merasakan bagaimana darah itu keluar dari pangkal pahanya. “Bayiku…,” ucapnya menangis terisak. “Tenang, Bu. Kami akan menolong sebisa mungkin.” Rasa takut, sakit dan juga sesak bercampur jadi satu. Napas Shalsha kini tiba-tiba memendek, kesulitan bernapas hingga petugas medis disana membantu dengan memberikan oksigen. Namun s