Valerie menatap Cedric sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan. Mencegah, agar lelaki yang sedang melirik kepadanya kini, tidaklah mengatakan hal yang bukan-bukan tentang masa lalu mereka berdua. Cedric kembali membungkam mulutnya lagi. Sudah kesal begini. Tapi kenapa dengan bodohnya, ia selalu saja mengikuti keinginan dari wanita, yang sudah menorehkan rasa sakit di hatinya itu? "Dia siapa yang kamu maksud, Ced?" tanya Clark, yang masih belum hilang rasa penasarannya. "Tidak. Bukan siapapun. Efek sakit kepala, ucapan jadi melantur." Clark hembuskan napas dari mulutnya. Ada-ada saja pikirnya. "Kamu ingin apalagi? Mumpung kakak masih di sini," tanya Clark kemudian. "Hanya Ingin pulang ke rumah. Sudah malas di sini." "Iya. Bersabarlah sedikit lagi. Kita masih menunggu hasil pemeri