Pertanyaan spontan Ferlita yang demikian polosnya membuat Edward tak dapat menahan tawa gelinya. Tangan Edward segera terulur. Diacak-acaknya rambut Ferlita dengan sayang bercampur gemas. Ditatapnya sang Kekasih, tepat di kedua bola matanya. ‘Kamu nggak tahu rasanya, Eli, bertahun-tahun mendoakan seseorang yang dicintai, namun serasa tak terjangkau. Terlebih ketika aku berniat berhenti mendoakanmu, visi yang kulihat malah makin jelas. Gimana nggak pergumulan hati, coba?’ bisik hati Edward. “Heartless. Enggak lah, Sayang. Biarpun enggak salah-salah amat,” canda Edward.