Ray menghela napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan amat sangat pelahan, demi mengundang ketentraman hati dan meredakan detak-detak jantung yang terasa kurang beraturan. Ia mencoba menenangkan hatinya. Ray sungguh-sungguh berusaha untuk tidak terlalu ambil pusing. Dipikirnya, mungkin Pak Agustin bingung, ada Pemimpi, yang merasa layak bersanding dengan putrinya yang cantik, cerdas serta punya kecenderungan kaya turunan itu. Bisa jadi pula, Pak Agustin terheran, mengapa si Pemimpi begitu tak tahu dirinya, menguraikan semua dengan percaya diri. Atau jangan-jangan..., Pak Agustin sedang mengingat-ingat, adakah rumah sakit gangg