Mata Ray menatap tajam pada Edward lantas menegurnya, “Do, kanker itu bukan seremeh masuk angin, atau sakit pilek, yang sebentaran sembuh. Bisa-bisanya kamu menuruti kemauan Ferli buat menyembunyikan fakta itu dariku. Pertimbangan bahwa aku lagi sibuk-sibuknya, sama sekali nggak bisa dimaklumi. Yang namanya pekerjaan, nggak akan ada selesainya. Dia itu adikku, Do. Aku sangat berhak tahu.” Edward membeku. Ditatapnya kilat kemarahan di mata Ray. Dia sudah memperkirakan reaksi Ray bakal begini, betapa p