Dua tahun kemudian ... “Papa ...” “Papa, Aja.” Kedua batita yang sudah berpakaian rapi mengetuk kamar mandi saat Papanya tak kunjung keluar. Mereka sudah menunggu lama hingga bosan dan berubah rusuh. “Sebentar, Sayang. Perut Papa sakit.” Raja sedikit berteriak agar si kembar mendengarnya. Sultan menatap kembarannya dengan wajah khawatir. “Papa Aja akit,” ucapnya. “Iya, Papa cakit.” “Akak acih au Mama.” Queen mencebik lalu menggelengkan kepala. “Adek kacih au Mama.” Sebagai seorang kakak, Queen tidak akan mau diperintah oleh sang adik. “Oce, unggu ini, Akak.” Sultan berlari menuju ke arah kamar kedua orang tuanya. Dia akan memberitahu Mama nya jika Papanya sedang sakit perut. Tadinya, Auris meminta tolong suaminya untuk mengajak si kembar turun ke bawah lebih dulu. Namun, baru sam

