Gilang tersenyum lemah menatap Kiara, tapi terlihat jelas kalau raut pria paruh baya itu memancarkan sebuah rasa bahagia. “Ra …” “Ssshh … Papa istirahan aja,” ujar Kiara mengusap pelan lengan Gilang. “Ara di sini, gak ke mana-mana.” Beberapa saat yang lalu, ketika Gilang masih tertidur karena pengaruh obat, Ana bercerita banyak hal pada Kiara. Sejak Kiara pergi, jadwal makan Gilang jadi tidak teratur. Kadang, kalau tidak diingatkan, pria itu tidak akan makan sama sekali. Yang ada di pikiran Gilang hanyalah, menemukan keberadaan sang putri, yang baru beberapa bulan ini tinggal bersamanya. Kiara benar-benar merasakan penyesalah yang sangat menyiksa hatinya. Baru kali ini, Kiara merasa ada seseorang yang benar-benar tulus mencintainya. Kiara tidak pernah menyangka kalau kasih sayang Gi

