Esa menderapkan kakinya menuruni tangga restoran tempatnya bekerja. Beberapa saat yang lalu, seorang office boy mengatakan, bahwa Esa kedatangan tamu di lantai bawah. Seorang wanita paruh baya yang penampilannya begitu elegan dan mahal. Esa tidak bisa menebak-nebak, siapakah gerangan wanita yang ingin bertemu dengannya tersebut. Sampai, maniknya menangkap sesosok wanita yang wajahnya sangat tidak asing bagi Esa. Meskipun sudah beberapa tahun tidak bertemu, tapi penampilan wanita itu, tidak berubah sedikit pun. Wajahnya masih saja terlihat kencang dan glowing memesona. Esa mempercepat langkahnya, lalu menyapa wanita paruh baya itu dengan sangat sopan. “Siang Bu Lusi,” sapa Esa sembari menjulurkan tangan, tapi, ibu kandung Kiara itu, tidak menyambut tangan Esa sama sekali. Wanita paruh ba

