Kania menunduk di tempat duduknya. dia sekarang berhadapan dengan laki-laki yang bernama Bagas seorang kontraktor sekaligus anak dari Pak Kades. Hari ini Kania akan menjawab lamaran dari Bagas 1 minggu yang lalu. Kania memang tidak punya perasaan apa-apa pada Bagas. Tapi dengan ketulusan Bagas, Kania tadinya berniat menerima lamaran laki-laki itu. Tapi setelah Kania lolos menjadi PNS, Dia mengurungkan niatnya menerima lamaran Bagas.
"Maaf A' Bagas saya... belum bisa menerima lamaran A' Bagas, saya memilih untuk melanjutkan karir saya di Jakarta." kata Kania tanpa berani menatap Bagas. Kania tahu Bagas orang yang baik. dia juga mau menerima Kania apa adanya. tulus menerima dia dan Bima.
"A' Bagas kan kerjanya di Tangerang Kan, tidak ada masalah kalau seandainya yang menjadi masalah adalah tentang jarak" kata Pak Kades, ayah Bagas
"Emm.. bukan begitu Pak Kades. Saya hanya ingin meraih cita-cita saya yang pernah tertunda dulu. saya ingin fokus dengan karir saya dan bisa sukses dari hasil jerih payah saya sendiri." Kata Kania menjelaskan agar Bagas tidak salah paham.
"Bolehkah aku menunggumu Kania? Sampai kamu siap, kalo kamu mau kutunggu, akan kutunggu" jawaban Bagas di luar dugaan Kania. tadinya dia pikir Bagas akan dengan suka rela menerima keputusan Kania. tapi nyatanya Bagas malah ingin menunggunya sampai siap. Kania semakin bingung harus meyakinkan seperti apa lagi pada Bagas. agar dia tidak berharap lagi pada Kania.
"Maaf A' Kania belum tahu kapan siapnya. Aa' lebih baik cari pendamping lain dulu saja A'. jangan menunggu Kania yang tidak pasti ini. Kania tidak mau kakak terluka dan kecewa" Kania masih berusaha meyakinkan.berharap kali ini dia bisa menyakinkan Bagas untuk tidak menunggunya lagi.
"Baiklah kalau begitu keputusanmu Kan, aku menghargai. Aku tidak mau memaksamu untuk menyukaiku.semoga kamu sukses diJakarta".
"Aamiin..makasih A'.udah mau ngerti posisi Kania"
"Sama-sama Kan" Bagas tersenyum kecut. dia sudah mencintai Kania sejak lama. setiap pulang ke kampung dia selalu menyempatkan bertemu Kania. Tapi pada akhirnya cintanya hanya bertepuk sebelah tangan.
******
"Bapak ibuk yakin tidak mau ikut Kania ke Jakarta?"
"Iya kan, bapak ibu disini saja. nanti malah kami ngrepotin kamu disana" ucap Bu Ningsih.
"Bu jangan ngomong begitu. kalian tidak akan merepotkan Kania.malah Kania yang sering merepotkan Bapak,ibu"
"Enggak Kan. Bapak sayang sama kamu dan Bima. cuma nanti mungkin Bapak akan kangen sekali sama kalian" Pak Bandi memeluk anak dan cucunya bergantian. Pak Bandi dan Bu ningsih melepas kepergian anak dan cucunya. mereka tak kuasa menahan airmata yang terus menetes.
"Bima jangan nakal disana ya sayang. jagain mama ya." nasehat bu Ningsih pada cucu kesayangannya Bima.
"enggak Nek, Bima akan nurut sama mama koq". Kata anak berusia 8th itu.
Kania dan Bima bersiap pergi ke Jakarta dengan menggunakan travel. Kania sebelumnya sudah pernah pergi keJakarta seorang diri untuk mencari kontrakan ditemani oleh Shiren teman SMA nya dulu. Dan hari ini Kania dan Bima sudah tahu kemana mereka akan tinggal.
Ini adalah lembaran hidup Kania yang baru hanya bersama anaknya. anak yang tadinya tidak diharapkan, tapi sekarang dialah satu-satunya alasan Kania untuk tegak berdiri menatap masa depan.
Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya mereka tiba di Jakarta. kota metropolitan yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat. Tempat tinggal Kania tidak jauh dari SMA Cerdaa Indonesia tempat dia akan mengajar nantinya. dia memilih tempat tinggal yang tidak jauh, karena dia belum punya kendaraan sendiri disana. hanya mengandalkan angkot untuk sampai di Sekolah itu. Bima juga sudah dipindahkan ke sekolah terdekat dengan rumahnya yang searah dengan tempat tinggalnya.
Dia mendaftarkan anaknya yang dia akui sebagai adiknya. ya berbohong demi pendidikan anaknya. Kania juga tidak ingin Bima dicemooh oleh teman-temannya nanti. cukup Kania saja yang terluka akibat perbuatan Laki-laki itu. ya Juna yang menyebabkan Kania menyimpan luka yang teramat dalam. bahkan kalo saja dia boleh memilih, dia memilih untuk tidak akan pernah bertemu lagi dengan laki-laki itu.
"mama ini rumah kita ya?"
"iya sayang, sementara kita tinggal disini dulu ya sampai mama bisa beli rumah sendiri.makanya Bima rajin sholat ya. berdoa sama Allah biar mama bisa beli rumah buat Bima".
"Iya mah, Bima akan rajin sholat dan selalu doain mama".
"makasih sayang" Kania memeluk Bima erat.
"Kita masuk yuk"
"iya ma".
******
Hari demi hari dilalui Kania di Jakarta dengan perasaan yang selalu bahagia. dia bersama anak semata wayangnya Bima menjalani hari-hari mereka dengan penuh rasa syukur. Pagi sampai sore Kania mengajar disekolah, kadang malamnya ada tetangga yang datang untuk les privat. dia bersyukur karena Allah memberinya rezeki yang banyak.meski tidak melimpah tapi cukup untuk hidup berdua bersama Bima diJakarta.
Kini sudah dua tahuna Kania mengajar Di Sekolah SMA Cerdas Indonesia dan sebagai guru BK, setiap hari ada saja masalah anak-anak yang dia tangani. Hari ini pagi-pagi setelah tiba di sekolah, dia dipanggil mang Alim, katanya ada anak yang berbuat mesum di gudang sekolah. kali ini Kania benar-benar syok mendengarnya.
"ini bu ada siswa yang berbuat mesum di gudang" kata Farel yang berusaha memprovokasi
"Siapa?" tanya Kania.
"Ardan sama Stevi Bu" jawab mang Alim
"sudah-sudah Ardan sama Stevi ikut ibu ke dalam. yang lain silahkan bubar" kata Bu Kania setengah berteriak.
Kania tidak habis pikir mengapa Ardan bisa melakukan hal keji seperti itu. Tapi dalam hati dia tidak percaya begitu saja. dia meminta Pak Roni untuk memeriksa monitor cctv sekolah. ternyata ada pembicaraan antara dan Sindy sebelumnya yang terekam cctv. Kania berusaha mengintrogasi Stevi tapi anak itu keburu pingsan.
Pak Roni membawa Stevi ke ruang UKS dan menunggu dokter memeriksanya. Kania bertambah syok ketika mendengar dokter mengatakan kalo Stevi sedang hamil. ingatan Kania seakan terlempar ke masa lalu yang sangat dia benci sampai sekarang. haruskah ada anak yang mengalami hal yang sama seperti dirinya?
Kania berusaha berbicara dari hati ke hati dengan Stevi. ternyata semua kejadian tadi pagi adalah rekayasa Farel karena ingin menjatuhkan reputasi Ardan sebagai calon ketua OSIS. Farel adalah anak seorang pengusaha yang memiliki beberapa hotel dan pusat perbelanjaan di Jakarta. dia selalu bertingkah arogan di sekolah. Stevi juga mengatakan kalo Farel yang menghamilinya. dan kalo ingin Farel bertanggung jawab, Stevi harus mau membantu Farel menghancurkan reputasi Ardan disekolah. Kania merasa prihatin dengan pemikiran anak-anak jaman sekarang yang bertindak nekat.
Kania merasa pekerjaannya sebagai guru BK tertantang untuk membenahi sikap dan perilaku anak didiknya.
Kania kemudian memanggil Farel untuk datang ke UKS.
"Farel apa benar semua yang dikatakan Stevi kalo kamu yang melakukan rekayasa terhadap Arka?"
Farel menatap Stevi tajam.
"Iya Bu" Jawab Farel singkat karena dia tidak mungkin bisa berbohong lagi kali ini.
"Kamu juga yang telah meghamili Stevi?" Pertanyaan kali ini membuat Farel mengepalkan tangannya.dan ingin memukul Stevi saat itu juga karena sudah terlalu banyak bicara pada Kania.
"Besok ibu tunggu orangtuamu datang ke sekolah untuk membicarakan semua masalah ini. dan kepala sekolah juga akan memberi keputusan pada kalian apakah masih bisa tetap sekolah disini atau tidak.
"Orangtua saya tidak disini bu. mereka sangat sulit ditemui bahkan oleh anak mereka sendiri saking sibuknya" Kania menangkap rasa kecewa di mata Farel ketika menyebutkan orangtua. terlihat juga kesedihan yang mendalam. bahkan anak yang bergelimangan harta tidak pernah ada gunanya saat orangtuanya tidak mendampingi dan memberi kasih sayang. Kania belajar banyak hal hari ini untuk pendidikan putranya kelak.
"Ya sudah siapa yang bisa datang ke sekolah untuk menemui ibu? ibu ingin masalah kalian cepat selesai Rel. dan kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu pada Stevi. dia mengandung anakmu. ntah apa yang akan kita putuskan nanti. yang pasti kalian harus bertanggung jawab atas calon anak kalian yang tidak bersalah".
"Om saya bu. dia yang selalu ada buat saya. Tapi Saya belum siap jadi orangtua Bu". kata Farel. Stevi semakin terisak mendengar pernyataan Farel.
"Harus siap Farel. makanya kalau mau bertindak dipikir dulu. akhirnya begini kan jadinya". Kania terlihat emosi. "maafkan ibu Farel. nanti kita cari solusi sama-sama ya. tidak usah khawatir. ibu akan mendampingi kalian. yang penting kalian harus berani bertanggung jawab dengan apa yang kalian lakukan".
********
Esok harinya
"Bu Kania ada tamu yang ingin bertemu katanya walinya Farel" ucap mang Alim
"Iya mang, tolong antarkan kesini ya"
"iya bu Kania"
tok tok tok..
" selamat siang bu.. "
" Selamat si... " Kania tidak dapat melanjutkan kata-katanya ketika kepalanya mendongak menatap si empunya suara.
"Kania?"
"kamu"..
*********