“Yah...” Karin memohon, air matanya tak berhenti. “Tolong hentikan, ini di rumah sakit—” “Diam, Karin!” bentak ayahnya. “Kau sudah cukup mempermalukan dirimu sendiri. Kau juga telah mempermalukan ayah dan ibumu.” Harris melangkah maju satu langkah, menunduk dalam-dalam. “Pak, saya mengerti kemarahan Anda. Tapi, ini semua murni kesalahan saya, bukan Karin.” Harris berkata jujur. Ayah Karin menatap penuh amarah. "Apa yang sudah kamu lakukan padanya? Apakah perbuatanmu ini yang sudah membuat anak saya berhari-hari murung dan jatuh sakit?" Harris menoleh, menatap Karin yang menangis menatapnya. "Saya pikir, iya." "Saya pikir katamu? Kamu sendiri tidak yakin dengan kesalahan yang sudah kamu buat?" "Bukan begitu, Pak. Saya akui saya salah. Tapi, mengenai sikap Karin yang murung, saya t

