15. Bocil

1307 Kata

Fachri sampai di kontrakan. Benar saja, Aira sedang duduk di pinggir teras sambil bermain tanah dengan lidi. Pria itu turun dari mobil. Aira masih saja cuek, tidak memedulikan siapa yang datang. "Kenapa nggak bilang kalau mau pulang? Kalau bilang, kan, aku bisa ngasih kunci," ucap Aira. Namun, Aira masih diam. "Kamu kenapa lagi? Adakah yang tidak mengenakan terjadi di Puskesmas?" Aira mengembuskan napas dengan kasar. "Aku rasa, Kak Fachri juga merasa, sejak aku masuk ke Puskesmas, banyak pasang mata yang memandang tidak suka. Mereka kecewa, istri dokter idola mereka ternyata cuma bocil yang biasa aja. Yang jauh dari kata layak," ungkap Aira, ia tak bisa menutupi rasa sedihnya. Kening Fachri berkerut. "Kok ngomongnya gitu? Memang, siapa yang begitu?" "Penjaga kantin pun memiliki pem

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN