"Nah, kan ... mana berani sih, aku macam-macam. Apalagi aku udah tahu bagaimana dia." Untuk menyebut nama Ayu dengan bibirnya saja Fachri sudah merasa enggan. Aira tersenyum sambil memanyunkan bibir. "Tapi, gara-gara itu, istriku ini jadi nyusul ke sini. Apa aku harus berterima kasih sama dia?" goda Fachri. "Idih ... kagak usah! Nggak penting juga. Nanti dianya malah kepedean." Perempuan itu langsung menidurkan tubuhnya ke pangkuan Fachri. "Oya, Kak Fachri mau gimana? Apa yang akan Kak Fachri lakukan?" "Udahlah, nggak usah dipikirkan. Aku yakin, anak itu akan bilang yang sebenarnya ke orang tuanya. Nggak semua orang jahat. Nggak semua orang bakal ngefitnah aku." Ya, Fachri yakin akan hal tersebut. "Duh, aku gemes banget jadinya. Kapan sih, Kak Fachri akan terbukti kalau tidak be