09 MATA-MATA

1170 Kata
Sebelumnya Melio menjadi korban permainan yang seru, dia mendapat tantangan yang super gila dari Arta. Bagaimana selanjutnya? *** Malam ini benar-benar sial buat Melio, tapi ya tidak apa-apa sekedar untuk bersenang-senang bersama teman membuat semua Happy. Kemudian Arta tiba-tiba mendapat telepon dari orang tuanya dan disuruh untuk segera pulang, Arta kemudian berpamitan dengan semuanya, sebelum pulang dia berbisik pada Melio, "Tenang saja, besuk aku bakal ajak semua teman sekelasku dan sekelasmu untuk menyaksikan moment itu, hahaha," lalu bergegas pergi. Perkataan itu membuat Melio kepalanya beruap, ingin sekali memukul Arta akan tetapi itu tidak mungkin dilakukanya. Melio lalu menghela napas panjang dan berusaha melupakan perkataan Arta. "Melio, kuatkan hatimu besok pagi ya," kata Ben menambah suasana panas, Ben ingin sekali esok tiba. Melio terdiam berusaha cuek saja. Mereka tinggal bertiga dan belum ingin pulang, mereka kemudian melanjutkan dengan mengobrol dan bercanda. Latar berpindah di tempat Arta saat perjalanan pulang. Sedang asik memperhatikan layar ponsel, tapi tiba-tiba Arta merasakan sesuatu, seperti ada yang mengikuti dan memperhatikan dari belakang. Kemudian Arta berhenti sejenak menoleh ke belakang mencari apa itu, setelah dicek tidak ada apa-apa, lanjut jalan lagi dan pura-pura tidak tahu itu. Sekian langkah Arta merasakannya lagi dan segera menoleh ke belakang, dia melihat ke arah atas ada bayangan hitam di atas pohon seperti manusia. "Siapa kau? Keluarlah!" tanya Arta dengan teriak, bayangan hitam itu hanya diam, lalu Arta merasa bahwa itu adalah musuh. Segera mencoba menyerang dengan teknik. "Magic Petir ke-2, Tombak Petir" Arta melempar dengan cepat tombak petir ke bayangan hitam itu, tapi tiba-tiba tombak petir lenyap seperti di telan kegelapan, Arta sangat terkejut. Bayangan itu tertawa "Hahaha..." Mendengar itu Arta yakin itu adalah musuh, tapi orang itu segera kabur. "Tunggu, jangan kabur!" Arta mencoba mengejar orang itu, tapi dia terlalu cepat, melompat di antara pohon membuat Arta semakin sulit untuk mengejar dan akhirnya orang itu hilang tanpa jejak. Arta berhenti mengejar dan membiarkannya, karena suatu saat pasti bertemu lagi, dia tidak akan membiarkannya kabur lagi. Arta pun segera pulang ke rumah karena orang tuanya sudah menunggu. Kembali ke tempat mereka bertiga berkumpul, mereka masih asik ngobrol, bercanda dan bercerita. Namun waktu semakin malam, mereka menyudahi pertemuan malam ini, kemudian semua pulang ke rumah masing-masing. Di perjalanan pulang menuju rumah, Melio memperhatikan layar ponsel sambil asik bersiul, dan akhirnya sampai di depan rumahnya. Namun ketika Melio ingin masuk rumah dia merasakan sesuatu, seperti ada yang mengintai dirinya. Melio membatalkan niatnya untuk masuk ke rumah. Kebetulan dia sedang kebelet kencing, lalu mencari tempat yang nyaman, dia menuju kebun sekedar untuk kencing. Setelah selesai dia segera menuju rumah, namun setelah beberapa langkah Melio mendadak berhenti dan langsung menoleh ke atas pohon, meski gelap samar-samar Melio bisa melihat bahwa ada bayangan manusia di pohon. "Siapa kau? Turun kalau berani!" kata Melio dengan tegas, namun bayangan manusia itu hanya diam tidak mau menjawab, Melio terus mengawasi dan waspada terhadapnya. Sesaat kemudian bayangan itu berpindah ke pohon lain, hal itu membuat Melio yakin kalau itu manusia. Kemudian setelah beberapa saat saling diam tanpa komunikasi, orang itu tiba-tiba berkata, "Ternyata kalian yang selama ini aku cari. Sungguh tidak kusangka." "Apa maksudmu? Kenapa kamu mencari kami?" tanya Melio serius, namun orang itu malah tertawa dan membuat Melio sedikit kesal lalu mencoba menyerang. "Magic Udara ke-1, Peluru Udara" Melio menembakinya dengan peluru udara, akan tetapi orang itu terus menghindar dengan lompat dari pohon ke pohon lainnya. "Itu belum cukup ya. Bagaimana dengan ini "Magic Udara ke-2, Shuriken Ganda" dengan itu kau gak akan bisa kabur!" Melio sangat yakin dengan ini, 2 buah shuriken cukup besar melesat ke orang itu, tapi saat hampir mengenainnya tiba-tiba semua shuriken itu lenyap ditelan kegelapan. "Apa? Mustahil," kaget Melio, kemudian orang itu pergi dan menghilang. "Tunggu, jangan kabur!" Melio sempat ingin mengejarnya tapi tidak jadi. Dia berpikir mungkin bahaya jika mengejarnya, bisa jadi itu adalah jebakan, sebaiknya di tunggu saja lain kali dia pasti kembali. "Sebenarnya siapa dia, dan apa yang dia rencanakan?" kata Melio penasaran, tapi dia segera mangabaikannya, yang paling penting selalu waspada setiap saat. Selanjutnya Melio bergegas masuk ke rumah dan istirahat. *** Pagi sudah tiba, latar menunjukkan rumah Arta yang siap berangkat ke Sekolah, tapi dia mendengar berita televisi yang cukup menghebohkan. Televisi itu memberitakan bahwa akhir-akhir ini banyak kejadian janggal di berbagai tempat. Di bagian hutan dekat air terjun terjadi banyak pohon-pohon tumbang dan ada lubang cukup besar di sana, hari kemarin ada 2 lubang besar di lapangan ditambah ada 2 pohon hangus terbakar dan di persawahan terjadi banyak kerusakan tanaman, bahkan seseorang melapor terjadi banyak lubang di pohon kebun orang itu. Mendengar hal itu Arta hanya terdiam, lalu memberi info ke teman-temannya lewat ponsel, katanya mereka juga sedang mendengar berita itu. "Kasus macam apa itu? Sungguh menyusahkan. Tapi aku harus memecahkannya," kata Ayah Arta yang ternyata seorang anggota kepolisian. Kemudian Ayah dan Ibu Arta memberi pesan agar selalu hati-hati saat keluar rumah, jika kira-kira ada yang tidak beres lebih baik menjauh, kecuali jika itu terlihat tidak membahayakan Arta. "Siap Pa, Ma!" jawab Arta sambil hormat. Selanjutnya Arta segera sarapan bersama keluargannya, setiap pagi Arta selalu diwajibkan untuk sarapan oleh Ibunya, supaya di Sekolah nanti tidak ada masalah, belajarnya juga lancar. Sangat bahaya jika pagi tidak sarapan, bisa menyebabkan sakit maag, badan lemas atau bahkan mudah pingsan. Ibunya Arta sangat perhatian padanya dan selalu memberikan yang terbaik buat Arta. Kemudian setelah selesai makan, Arta segera berpamitan untuk pergi ke Sekolah. Arta meminta ijin pada orang tuannya untuk menggunakan mobil, karena hari ini dia harus menghampiri Melio dan Ben, karena mobil Melio sedang dipinjam Ayahnya, sedangkan mobil Ayah Melio sedang di bengkel. Arta segera mengambil Mobil Honda JAZZ untuk berangkat sekolah. Arta menghampiri teman-temannya dan akhirnya mereka bertiga sudah berkumpul, kemudian segera melajukan mobilnya dengan cepat agar segera sampai ke Sekolah. Di perjalanan mereka sambil mengobrol asik. "Gimana Melio, sudah siap nanti istirahat?" tanya Arta sedikit bercanda. "Siap gak siap, ya harus siap donk. Benar begitu kan, Melio?" tambah Ben. "Ahh... Berisik kalian!" jawab Melio sedikit kesal, kemudian malah membuat Arta dan Ben tertawa senang. Setelah itu Arta menghidupkan musik di mobil untuk menenangkan suasana. Beberapa menit perjalanan akhirnya sampai juga di tempat tujuan, sama seperti mobil Melio, mobil punya Arta juga dititipkan ke rumah pamannya Melio. Arta sudah akrab dengan pamannya jadi Mobil aman di sana tidak perlu khawatir, Melio juga bertanggung jawab jika terjadi sesuatu di rumah pamannya. Setelah menitipkan mobil, mereka segera menuju ke Sekolah, tidak butuh waktu lama sampailah mereka di Sekolah, karena Melio berbeda tingkatan jadi dia berpisah menuju ruang kelasnya sendiri. Sebelum berpisah Arta berkata, "Kita tunggu ya nanti di kantin, hahaha!" Melio hanya menghela napas dan mengabaikan kata-kata Arta lalu segera menuju ke ruang kelas. Arta dan Ben juga segera menuju kelas, terlihat Arta sibuk memakai ponselnya sambil berjalan. Sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu untuk istirahat nanti di kantin. Seperti apakah nanti Melio menembak Ella si gadis tercantik di kelasnya, apakah akan sukses dan diterima? Semua sangat menantikan moment itu. To be Continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN