“Mohon maaf, Paduka Prabhu. Namun, arak di dalam teko sudah habis tanpa bersisa sedikit pun. Jika Anda mau menunggu sebentar, hamba akan mengambil arak di dapur dan kembali lagi ke sini.” Loka menunduk sambil memegang teko arak yang sudah kosong melompok tanpa ada sisa. Hayam Wuruk benar-benar menenggak seluruh isi teko dan kini pria itu bersandar di bantal dengan wajah memerah akibat mabuk. Dia juga beberapa kali melantur mengatakan hal tidak jelas. “Jangan … pergi ….” Loka berhenti. Dia tidak jadi beranjak karena dihentikan oleh pria itu. “Namun, arak Anda sudah habis. Apa Anda ingin berhenti minum arak dan meminta obat penawar mabuk saja?” Pria itu menggeleng. Dia juga menggerakan kaki seperti anak kecil. “Jangan … pergi! Tetap di sini.” “Baik, jika itu adalah kemauan Anda, Paduka

