Di bawah sinar matahari, bangunan tinggi dengan susunan bata merah itu menjulang gagah nan memberikan kesan mewah. Hampir setiap orang yang keluar dari balik lorong gerbang depan mendapat terapi syok dengan indera penglihatan mereka ketika melihat kemegahan dari istana kerajaan Majapahit, di Trowulan. Namun, bagi seseorang yang sudah tinggal di dalam istana sejak kecil hingga berusia 23 tahun, Hayam Wuruk sudah tidak pernah lagi merasakan percikan kesenangan saat memandang istana dari kejauhan. “Paduka Prabu, kereta kuda sudah disiapkan. Kita bisa berangkat kapanpun ke rumah peristirahatan anda.” Dharma melapor, dia tadi sempat melihat pertengkaran Nertaja dan juga Hayam Wuruk. Hubungan antara kedua insan itu tidak jelas, Nertaja juga sudah tidak mengejar-ngejar ia lagi seperti dahulu kal