Dewa menatap marah pada ibunya yang sudah menghancurkan rencananya malam ini. "Siapa yang memberitahu semua ini pada ibu? Siapa bu!" bentaknya tak terima. Mata Dewa bahkan menghunus tajam, melupakan jika yang berdiri menantangnya adalah wanita yang telah melahirkan dia ke bumi ini. "Aku." Dewa menoleh cepat ke ambang kamar. Seketika ia tertawa nyaring. Kenapa rumah ini banyak sekali mendapat kunjungan tamu. "Mara?" Di sana ia melihat Mara berdiri menggendong putrinya, Celina Berlian. "Maafkan aku Dewa. Mungkin selama ini kamu menganggap aku hanyalah pemuas nafsumu. Aku akan lakukan apapun yang kamu inginkan, apapun." Mata Mara sudah basah. Hari ini ia untuk pertama kalinya mengkhianati majikannya. Lelaki yang kini menatapnya dengan penuh emosi dan sungguh mata itu, mata yang biasa