Matahari siang itu cukup menyengat, mungkin karena jam di lengan Zayn menunjukkan angka sepuluh lewat tiga puluh menit. Tapi buat seorang Zayn, panasnya matahari yang dirasakan saat ia keluar dari kantornya menuju mobil ibarat siraman penyemangat rencananya. Beberapa hari otaknya berputar mencari ide, dan akhirnya berhasil. Bodo amat mengenai Ami yang protes. Mungkin ia akan memberi kompensasi bonus akhir bulan pada karyawannya yang satu itu. Jika Rafi bisa menarik perhatian dengan kharismanya, maka Zayn akan memakai otaknya. Bukankah wanita lebih menyukai lelaki berotak cerdas dari pada lelaki bermulut manis tapi ternyata pahitnya mengalahkan jamu yang biasa dijual ibu-ibu langganan Mama di rumah? Saat mulai menjalankan mobil, Zayn bersiul dan berdendang. Beberapa kali memastikan