Ardam mengerjapkan matanya beberapa kali. Silau akan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah ini. Punggung Ardam rasanya sangat sakit sekali. Hah! Ardam merindukan kamarnya yang ada di rumah sambil memeluk sang istri tercintanya. "Huk!" Ardam menatap pada Arsen yang tampak lemas. Ini sudah pagi, Ardam menguap pelan dan menatap pada ponselnya dan tersenyum mendapati pesan dari istrinya mengatakan kalau hari ini dia akan membuat kue bersama dengan Mama. Ardam senang Raisel tidak akan meratapi kesedihan lagi. Ya. Ardam tahu kematian itu pasti. Namun kematian itu diciptakan oleh manusia yang ingin membunuh. Bukan kematian yang memang terjadi dengan sendirinya. Ardam membenci Arsen yang sudah mencelakai ibunya dan juga kedua orang tua Elang yang langsung pergi dan tidak akan kembali lagi.