"Bolehkah aku mencintaimu selayaknya istri mencintai suaminya, sampai waktu kita akan benar-benar berpisah?" Jean menatap serius Dominic. **** Jean Florence Menunggu jawaban Dominic itu bagaikan menunggu ketujuh bola dragonball, menunggu bubur menjadi nasi kembali. Dengan kata lain impossible untuk mendapatkan jawaban darinya. Entah karena sudah terbiasa, atau memang aku nya yang sudah kebal dengan sikap cueknya, sehingga sekarang membuatku biasa saja. Dan aku pun seperti tidak peduli dengan jawabannya. Apa susah untuk menjawab? Apa bibir dan lidahnya terlalu kelu untuk digerakan? Sedikit kesal memang, tapi ya sudahlah, memang sudah tabiatnya seperti itu mau diapakan? Empat puluh menit perjalan menuju rumah yang dulu aku tempati. Rumah sederhana namun nyaman ditinggali sebelum wa