Aku sungguh gugup dan berdebar begitu kuat. Bagaimana lihai dan hebatnya seorang Barkan menciumku, benar benar telah membuktikan bahwa mungkin bukan hanya diriku saja, yang pernah ia cium dalam seperti ini. Mengingat itu, aku jadi sakit sendiri. "Kenapa diem aja?" tanya Kak Barka. Saat ini kami sedang berada di dalam mobil. Pernyataan cinta kak Barka sungguh sangat mengejutkanku. Juga ciuman itu. "Enggak kak," "Kamu marah ya? kakak cium?" tanya nya, takut takut. "Bukan, aku hanya kaget." cicitku. "Maaf, kakak enggak bisa nahan diri, kayanya." "Tapi akukan enggak boleh pacaran." "Iya, kita enggak pacaran." dia menarik bahuku dan mengecup keningku. "Tapi kita pacaran diam diam ya? boleh yah?" tatapan dalam itu sungguh menggetarkan hatiku. Hidung bangir yang indah itu, mengendus pelip