Akhirnya aku pergi ke rumahnya Om Darma, dengan Raka yang mengantarkanku. Dan sampailah kami di rumah omnya Ikrar. Di sana terlihat sudah terlihat begitu banyak sekali orang yang sedang mendoakan. Aku berjalan dengan pelan dan sekali menatap Ikrar yang terus menunduk dengan helaan napas panjangnya. Laki laki itu sedang berusaha menahan tangis dan menenangkan dirinya. "Kamu udah makan?" tanya ku pada Ikrar. Aku tahu di rumahnya Om Darma hanya ada pelayan saja. Tidak ada keluarga Om Darma yang lain. Ikrar menggeleng pelan. "Kedua orang tua kamu belum datang?" tanya ku lagi. Dan Ikrar pun kembali menggeleng. Aku menghela napas dalam. Dan segera pergi ke dapur, untuk mencari apapun yang bisa aku masak untuk Ikrar. Namun Raka menahan tanganku. "Aku tidak mau kamu pergi ke dapur. Di rumahku,