"Sayang, kamu mengingatnya?" ulang Rehan. Mendengar pertanyaan Rehan membuat kilasan memori itu muncul dan membuatnya sedikit pusing. Dia pun memegang kepalanya. Tak ingin sang istri kembali sakit, Rehan mendekatinya."Sudah, sudah, tidak perlu diingat, kita makan saja. Sini, biar Revan aku taruh di strollernya," ujarnya. Leona duduk di kursi masih dengan memegang kepalanya. Setelah rasa sakit itu sedikit menghilang, barulah dia bicara,"aku tidak tahu, aku hanya memasak apa yang aku inginkan." "Ayo kita makan," ajak Rehan. Saat mereka makan kepingan memori itu kembali lagi hingga membuat kepalanya terasa sakit kembali. Leona segera mengalihkan perhatiannya agar pikirannya sedikit tenang. "Apa saja makanan kesukaan Daddy?" tanya Leona. "Sebenarnya, aku bukan pemilih makanan. Namun, y

