Pemikiran Yang Sama

955 Kata

Kata-kata si dokter terus tergiang di kedua telingaku. Sudah seminggu sejak aku datang ke puskesmas untuk mengabarkan kehamilanku dan bisa dikatakan hanya mereka yang tahu tentang ini. Aku sendiri masih mencari jawaban dari pertanyaanku tapi otakku benar-benar tumpul sekarang. Kuraba perutku yang masih kempis, apa aku menginginkan anak ini? Aku tak bergerak dari tempatku duduk, memikirkan hal itu lagi. "Kakak!" Aku kaget mendengar seruan yang memekakan telinga yang kurasakan selanjutnya adalah lengan kecil yang mengalungkan tangannya di pinggangku. Aku menoleh dan menemukan adik paling kecilku. Dia kelas 3 SD dan karena dia yang paling bungsu, dia sangat manja pada setiap anggota keluarga. "Iya ada apa, Fani?" tanyaku. "Kak aku ingin membeli sesuatu tapi aku tak mempunyai uang. Apa kak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN