58. Guntur - Angenda Impian

1922 Kata

Tahu nggak, sih? Sepanjang jalan dan di tiap langkah Asya sepersekian pijakan menuju kamar mandi, pagi itu, tak lepas dari perhatian Guntur di sini. Ya, walau dia tak ulurkan bala bantuan sekadar gendong ala pengantin selayak kisah romansa, Guntur hanya menatap dan mendengar ringisan yang Asya desiskan. Langkahnya aneh. Guntur amat paham kenapa bisa jadi seperti itu. Langkah Asya pun teramat pelan. Kasihan. Namun, Guntur biarkan. Dia pakai peci dan duduk manis di atas sajadah menunggu Asya selesai junuban. Hingga pintu kamar mandi itu kembali dibuka dan Asya muncul dari dalamnya, tatapan Guntur berfokus lagi di sana, di sosok Asya yang sudah jauh lebih segar. "Diliatin aja, nggak dibantuin," dumal Asya. "Sakit, tau!" omelnya. Guntur senyum segaris. "Itu karena belum terbiasa. Nanti ki

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN