"Cici berangkat." "Hm. Baik-baik jadi istri," kata Guntur, lalu alih kepada Sagara. "Titip Cici, ya, Saga. Kalau dia salah, tegur aja. Tapi pakai kelembutan. Jangan dibentak, apalagi Cici gampang nangis orangnya. Oh, iya, nggak usah ngebut, yang penting selamat sampai tujuan." Ciara sedang dipeluk mamanya, diusap-usap punggungnya. Sagara pun mengangguk dan mencium tangan keluarga barunya. Oh, benar. Kenyataannya demikian. Saga mendampingi bayi yang dulu pernah dia colek pipinya, kini seujung jari pun Sagara tidak berani menyentuh gerangan, sekadar colek lengan. Nggak, sama sekali--sejak pernikahan kemarin sampai sekarang--belum pernah lagi Saga menyentuh ataupun disentuh Ciara. Mobil pun dilajukan. Ciara tepat duduk di sisi kemudi sehabis tadi dia masukkan sendiri kopernya ke bagasi de