"Jangan bilang kak Hans kalau kita pernah mengobrol berdua ya?" Ujar Nala pada Key.
Key mengerutkan keningnya kebingungan. "Apakah ini inti dari masalah mu, sampai bisa menangis?" Ujar Key.
Nala terdiam sejenak lalu mengangguk, kemudian menggeleng lagi. "Apasih kamu." Ucap Key menahan ketawa nya.
"Gak tau, Nala juga bingung." Ujar Nala pada Key.
Dirinya bahkan tidak tahu harus bersikap seperti apa dihadapan Key setelah ini. "Beberapa hari lagi Nala dan kak Hans akan bertunangan." Ucap Nala sembari menunduk dengan wajah sedih.
"Bukankah itu bagus?" Balas Key.
"Apa menurut kak Key itu suatu hal yang bagus?" Tanya Nala mengulang perkataan Key.
Key menaikan satu alisnya, tanda kebingungan akan ucapan Nala sebelum nya. "Kenapa bertanya lagi, kamu sendiri tau jawaban nya Nala." Ujar Key.
Nala menggeleng. "Semua orang tahu, hanya Nala yang suka dengan kak Hans tapi tidak untuk sebaliknya." Ujar Nala penuh kesedihan.
"Apalagi kalau seandainya kenyataan nya lebih menyakitkan, seperti kak Hans membeci Nala begitu?" Ucap Nala lagi melanjutkan kalimatnya.
Key mengangguk. "Aku rasa Hans tidak membencimu, malah sebaliknya." Ucap Key pada Nala.
Nala menggelengkan kepalanya. "Itu menurut kak Key, tapi bagaimana dengan pandangan orang lain. Kalau Nala bertunangan dengan kak Hans apa semua orang ikut gembira termasuk kak Hans?" Ucap Nala.
Key terdiam sejenak. "Baiklah, aku mulai mengerti permasalahan mu. Kamu panik kalau seandainya Hans membencimu, juga pandangan orang lain yang melihat hubungan kalian ini terlalu dipaksakan?" Ujar Key.
"Sebenarnya aku gak mau bilang ini, tapi sepertinya memang harus ku katakan. Kamu sudah memutuskan dari awal untuk jatuh cinta pada Hans, bahkan sampai bermimpi untuk hidup bersama dengan nya selamanya padahal belum tahu apakah mimpi mu ini akan jadi kenyataan." Ucap Key kembali.
"Kalau aku jadi kamu sih tetep aku kejar, tapi harus pakai trik baru." Ucap Key untuk yang ketiga kalinya.
Kali ini gantian Nala yang mengerutkan keningnya. "Trik baru?" Tanya Nala memastikan.
Key mengangguk. "Contohnya dengan..pacaran dengan ku?" Ucap Key pada Nala yang disambut pukulan dari Nala di lengan Key.
"Auhhhh, aku gak nyangka anak kecil kekuatan nya besar juga." Ledek Key.
Tak sadar raut wajah Nala kembali lagi seperti semula berkata Key, bahka mereka sempat tertawa dan bercanda bersama.
"Kalau masih ingin mengobrol lebih baik menginap saja disini." Ucap seseorang yang baru datang ditengah-tengah obrolan Key dan Nala.
"Hans?" Panggil Key dengan raut sombongnya.
"Aku mau pulang, terserah mau ikut apa tidak." Ujar Hans pada Nala tanpa membalas lebih dulu panggilan Key padanya.
Nala melihat kearah Key. "Nala balik dulu." Ucap nya pada Key.
Key mengangguk. "Apa harus minta izin dengan nya?" Sindir Hans saat itu, lalu pergi tanpa berbicara apa-apa lagi.
"Cuekin aja, hati-hati dijalan." Pesan Key pada Nala.
Key sedikit senang malam ini, Nala sudah mau sedikit membuka perasaan nya untuk Key. Terlihat wanita itu lebih terbuka dan menerimanya sebagai pria malam ini.
"Sampai jumpa." Ucap Nala terakhir kalinya sebelum wanita itu pergi meninggalkan Key sendirian ditaman belakang.
"Hans membencimu, tidak mungkin Nala." Gumam Key sendirian sembari mengingat kejadian sebelum nya, saat mata Hans terlihat ingin menerkam nya ketika Key tengah bercanda dengan Nala.
"Sampai kapan pria itu bersikap sok dingin?" Runtuk Key pada pria bernama Hans.
***
Epilog:
"Dimana wanita bodoh itu?" Runtuk Hans mencari Nala yang bisa ditebak nya tengah bersama Key.
"Berkencan dibelakang ku, apa dia gila!" Kesal Hans.
Hans melihatnya Nala yang tengah tertawa bersama Key di taman belakang rumah. "Ini sebab nya aku membencinya." Gumam Hans.
Bukankah akan merepotkan memiliki istri seperti nya, kurasa papah benar-benar salah memilihkan wanita seperti Nala untuk ku.