Renata mengusap kasar air mata yang meluncur di pipinya, entah sudah berapa banyak tetes air mata yang terjatuh dari mata indahnya, sejak kejadian sore tadi Renata kalut, ia sangat merasa berdosa, hingga menangis setiap kali mengingatnya, namun disisi lain ada perasaan nyaman yang tak dapat ia deskripsikan kala berdekatan dengan Nick. Jarum jam sudah menunjukan pukul 2 pagi, Renata yang masih lengkap dengan balutan mukena keluar dari kamarnya menuju kamar sang buah hati. Ceklek Bibir Renata tersungging manis kala melihat Cakra yang tidur sambil mendekap boneka beruang yang besarnya hampir setengah permukaan kasur. Renata mendekati Cakra dan memindah boneka beruang itu dan menggantikannya di pelukan sang putra, Renata mendekap Cakra dengan perasaan membuncah, rasa cintanya pada Cakra s