"Saya tahu, Tuan Devan orang yang paling terhormat di kota ini. Tapi tolong, tolong jangan perlakukan saya seperti binatang, karena sebenarnya, mau saya wanita rendahan atau w************n sekaligus, hati saya masih tetap hidup, akal saya juga masih hidup. Tolong hargai saya sebagai manusia, kalau Tuan Devan tidak bisa menghargai saya dengan posisi sebagai istri Tuan!" Tanpa ada rasa takut, Dita membalas Bentakan Devan dengan kalimat yang tak kalah pedasnya. Devan pun mulai merangkak turun dari atas ranjang, dan menendang sofa yang tak berdosa itu, hingga berpindah dari posisinya. Dita hanya menatap Devan dengan tatapan nyalangnya. Devan keluar dari kamar, sambil mengancing kemejanya, dengan langkah yang sedikit terburu-buru. "Mau kemana Dev?" Tanya Pak Wijaya, saat melihat Devan turun