Pak Wijaya pun melangkah keluar dari rumah Devan, dan Devan pun melangkah menaiki anak tangga, dengan langkah lebarnya. Brak Devan membuka pintu kamar dengan kasar, setelah membuka kunci dengan kunci cadangan yang selalu Devan simpan sendiri secara pribadi. "Tu-Tuan, sudah pulang, kok… Pyar "Selalu saja berulah ya. Sudah ku katakan, jangan keluar rumah apalagi sampai bermain pria di belakang aku, kau masih saja membuatku marah. Kau sudah aku angkat dari w************n menjijikan sebagai wanita terhormat, jadi tinggalkan pekerjaan buruknya itu, karena kamu sudah menjadi milikku, kau cukup menikmati sentuhan ku tanpa harus menerima jasa pria lain. Apa kau tidak dengar itu?!" Tanya Devan dengan diakhiri oleh suara Bentakan yang sangat membuat Dita ketakutan. Dita menggelengkan kepalanya