Tega!

1767 Kata
Satu bulan kemudian, tibalah hari pernikahan Freya dan Elmer yang digelar sederhana di rumah kediaman mempelai wanita. Keduanya hanya mengundang keluarga, saudara, dan teman-teman terdekat, serta tetangga di lingkungan rumah Freya. Pernikahan yang dipersiapkan secara mendadak mengundang banyak tanya di benak beberapa orang hingga tidak sedikit yang menduga jika Freya hamil di luar nikah sampai pernikahannya bersama sang calon suami dipersiapkan dalam waktu yang begitu singkat dan terkesan terburu-buru. "Kayaknya dia hamil duluan deh, makanya nikah buru-buru, kan?" "Iya, ya, dia kan hidupnya bebas banget sejak ibu dan ayahnya meninggal, bahkan kalau pulang selalu malam diantar sama pacarnya!" "Enggak nyangka banget ya dia yang dulu alim, ternyata sebebas itu di luar sana. Berhubungan badan sebelum halal sama cowok yang sering antar jemput dia." "Ya, namanya juga anak enggak ada yang jaga, pasti dia bebas mau melakukan apa aja. Itu kali alasan dia sering enggak pulang ke rumah." "Amit-amit deh ya, jangan sampai anak-anak kita kayak dia. Bisa-bisa bikin malu nama keluarga, aib banget punya anak yang enggak bisa jaga diri!" "Kasihan banget ya orang tuanya yang udah meninggal, pasti mereka sedih. Belum lagi harus nerima hukuman dan dapat siksaan di akhirat sana gara-gara kelakuan anaknya di dunia yang malah berbuat maksiat!" Begitulah percakapan 4 orang ibu-ibu yang berdiri tidak jauh dari posisi Freya duduk dan tengah menunggu kedatangan calon suami beserta keluarganya. Wanita itu coba melapangkan d**a saat tidak sengaja mendengar beberapa tetangga yang datang di hari pernikahannya malah membicarakan tentang kehamilannya. "Kenapa mereka terang-terangan banget ngomongin aku di belakang? Apa mereka datang ke sini cuma buat ngomongin aku, bukannya mau kasih selamat atau doain yang terbaik di hari pernikahanku?" batin Freya yang sebenarnya merasa sakit hati saat mendengar semua itu. Kini Freya hanya dapat menghela napas berat dan mengusap dadanya yang terasa sesak. Ia pun coba mengabaikan perkataan buruk orang-orang tentang dirinya dan kedua orang tuanya, walau semua yang mereka pikirkan benar bahwa Freya memang hamil duluan. Namun, ia tidak menyangka jika mereka akan membicarakan tentang itu di hari pernikahannya. "Aku memang salah karena enggak bisa jaga kesucianku sampai hal ini terjadi, tapi setidaknya aku dan Elmer sudah memutuskan untuk bertanggung jawab dengan bayi yang kukandung saat ini. Maafin Freya ... ayah, ibu. Maaf kalau kesalahan Freya yang fatal ini membuat kalian sedih dan kecewa di sana. Freya benar-benar nyesel semua bisa jadi seperti ini. Setelah ini, Freya janji, Freya akan bertaubat dan bertanggung jawab atas kesalahan ini. Semoga ayah dan ibu mau memaafkan Freya," batin wanita itu yang tak mampu menutupi rasa penyesalannya di kedua pelupuk mata, walau ia berusaha menampilkan wajah baik-baik saja. Sampai akhirnya, lamunan Freya yang menenggelamkannya dalam kesedihan seketika buyar saat seseorang menyentuh bahunya dari arah belakang. Membuat wanita yang mengenakan kebaya putih itu menoleh ke belakang setelah mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan tidak ada air mata yang menggenang. "Freya, ini udah jam 10 lewat, kenapa Elmer dan keluarganya belum datang juga? Coba deh kamu telepon Elmer, tanya udah di mana? Enggak enak loh bikin penghulu nunggu, seharusnya kan mereka udah ada di sini sebelum penghulu datang!" ucap seseorang yang tak lain adalah Nilam, tante Freya yang datang dari luar kota untuk membantunya mempersiapkan pernikahan sejak dua hari yang lalu. Seketika Freya tersadar jika seharusnya Elmer memang sudah tiba di rumahnya satu jam yang lalu. Namun, sampai waktu menunjukkan pukul 10.40, Elmer tak kunjung datang. Bahkan sanak saudara dan keluarga dari pihak mempelai pria juga belum menunjukkan kehadirannya sama sekali di rumah sederhana yang sudah di dekor sejak kemarin itu. "Dari sebelum make up aku udah hubungi Elmer kok, Tan. Tapi, dia enggak angkat telepon aku. Mungkin tadi dia sibuk dan sekarang masih di perjalanan atau bisa jadi dia kejebak macet karena ini kan hari Minggu," jawab Freya yang masih bisa berpikir positif. "Tapi seharusnya calon suami kamu dan keluarganya itu bisa prepare datang lebih awal dong, jalan dari rumah pagi-pagi banget kek biar enggak kejebak macet! Kalau gini kan kita jadi enggak enak sama tamu yang udah datang dan penghulu yang malah datang duluan di banding calon pengantin pria!" "Ok, Tan, aku coba telepon Elmer lagi ya buat mastiin dia udah sampai mana. Tante tolong sampaikan permintaan maaf aku ke penghulu dan tamu yang udah datang ya. Maaf banget aku jadi ngerepotin Tante," jawab Freya sembari menggenggam tangan sang tante karena merasa tidak enak sudah banyak merepotkan sejak kemarin. "Ya udah, kamu hubungi Elmer sekarang biar Tante ngomong lagi sama penghulunya supaya dia bisa santai dulu sambil nunggu calon suamimu datang!" Setelah selesai mengatakan itu, Nilam pun berlalu pergi. Meninggalkan Freya yang segera mengambil ponselnya di atas meja dan langsung menghubungi Elmer. Namun, seketika perasaan Freya menjadi gelisah tak karuan saat mendapati nomor yang ia hubungi malah dijawab oleh operator. "Kenapa nomor Elmer tiba-tiba enggak aktif sih?" ucap Freya dengan suaranya yang terdengar lirih. Bahkan kedua lututnya mulai terasa lemah dan pikirannya menjadi kacau saat ini. Freya masih coba berpikir positif. Menepikan rasa takut yang mulai mengusiknya. Ia pun kembali menghubungi Elmer. Dengan harapan agar panggilan itu bisa terhubung. Namun, sudah beberapa kali ia mencobanya, tetap saja hanya operator yang menjawab panggilan telepon itu. "Elmer kenapa sih? Kalau dia enggak bisa dihubungin terus gimana aku bisa tau dia udah sampai mana?" Freya yang tak ingin menyerah, kini coba menghubungi orang tua, adik, dan kakak Elmer. Namun, Freya semakin dibuat frustasi saat nomor keempatnya ternyata juga tidak bisa dihubungi. "Ya Allah, ada apa ini sebenarnya? Kenapa nomor mereka semuanya enggak aktif?" Freya merasakan tubuhnya mulai gemetar, lalu ia coba membuka tirai yang memisahkan tempatnya menunggu Elmer dengan tempat akad nikah akan diadakan. Di luar sana, terlihat para tamu sudah berdatangan, mereka mengira jika acara akad sudah selesai dilakukan. Namun, karena mempelai pria tak kunjung datang membuat banyak orang bertanya-tanya di mana Elmer saat ini. "Sekarang aku harus gimana? Harus berapa lama lagi aku nunggu? Kenapa Elmer malah bikin cemas di hari pernikahan ini?" Freya mulai merasa frustasi hingga wanita itu menghempaskan tubuhnya untuk duduk di sebuah sofa dengan raut wajah yang tampak begitu sedih. Tak lama kemudian, dari arah luar terdengar suara ribut-ribut. Seseorang menanyakan di mana keberadaan Freya, membuat wanita itu kembali bangkit dari duduknya dan melangkah keluar untuk menemui seseorang yang mencarinya. Ternyata seseorang itu adalah Indah, teman dekat Freya dan Elmer sejak duduk di bangku SMA. Freya pun segera menghampiri wanita itu dengan kedua alis yang saling bertaut karena suara Indah membuat semua orang menatap ke arahnya. "Indah, ada apa sih kamu teriak-teriak? Memangnya kamu enggak bisa ya ngomong pelan-pelan? Malu tau jadi dilihatin banyak orang!" bisik Freya dengan penuh penekanan saat berbicara dengan temannya itu. "Freya, aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Ini soal Elmer, tapi aku enggak tega bilangnya sama kamu," ucap Indah dengan suaranya yang mulai terdengar pelan. "Kenapa, Ndah? Ada apa sama Elmer? Apa ini ada alasannya kenapa sampai detik ini dia belum datang?" tanya Freya yang merasa jika kedatangan Indah akan memberi tahu wanita itu tentang di mana calon suaminya. "Kamu ingat kan kemarin aku bilang apa? Aku pasti akan datang terlambat karena harus antar kakak aku ke bandara sebelum ke pernikahanmu?" "Ya, aku ingat. Terus apa hubungannya sama Elmer?" tanya Freya yang semakin dibuat bingung dengan penuturan temannya. "Aku ketemu Elmer, ibu, adik, dan kakaknya di bandara, Freya! Tadi aku benar-benar kaget pas ketemu mereka di sana karena seharusnya mereka kan pergi ke rumah kamu, bukan malah ke bandara. Aku tanya sama Elmer apa yang dia lakuin di sana karena hari ini kalian berdua akan menikah, tapi Elmer malah jawab kalau dia enggak bisa nikahin kamu. Jadi, Elmer enggak akan pernah datang ke sini dan menikahi kamu, Freya. Dia udah pergi ninggalin kota ini sama keluarganya." Mendengar perkataan Indah membuat Freya begitu terkejut. Hatinya terasa sakit. Tubuhnya seketika lemah seolah tak ada kekuatan lagi dalam dirinya. Pikiran dan dugaan baik tentang Elmer yang sampai saat ini belum datang untuk menikahinya membuat Freya sadar jika dirinya telah dibohongi oleh pria itu. Namun, Freya masih tidak bisa mencerna semuanya dengan baik, apa alasan Elmer mempermainkan dan pergi meninggalkannya tanpa alasan. "El, aku enggak percaya kamu tega ngelakuin ini sama aku," batin Freya yang merasa dunia runtuh di atas kepala. Dalam hitungan detik, bulir-bulir bening mulai menggenangi kedua pelupuk mata wanita itu. Lidah Freya begitu kelu hingga sulit mengatakan ketidakpercayaannya saat ini. "Ya Allah, bolehkah aku berharap jika apa yang aku alami saat ini adalah mimpi? Tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini, ya Allah. Aku enggak siap untuk menghadapi kenyataan ini." Freya hanya bisa merintih dalam hati. Menangis terisak begitu perih sambil merasakan sakit yang teramat dalam di hatinya. Kenyataan yang bukan hanya telah menghancurkan dunianya, tetapi juga membuat kebahagiaannya hancur dalam sekejap. Indah yang melihat Freya seperti itu pun jadi merasa bersalah karena telah membuat sahabatnya itu menangis di hari pernikahannya. Namun, ia merasa tidak punya pilihan selain mengatakan yang ia ketahui tentang Elmer agar Freya tidak lagi menunggu kedatangan pria yang telah memutuskan pergi di hari pernikahan mereka. "Freya, aku benar-benar minta maaf ya. Maaf kalau apa yang aku sampaikan ini bikin kamu sedih. Tapi, kamu harus tau satu hal kalau Elmer cuma mainin kamu selama ini," ucap Indah seraya menangkup kedua lengan Freya yang tidak bisa berkata-kata. Bibir Freya bergetar hebat, air mata mulai terjatuh membasahi wajahnya yang sudah dirias sejak pagi tadi. Kini Freya tidak tahu harus berbuat apa. Hatinya benar-benar terluka dan harapan yang sudah ia bangun setinggi-tingginya ikut hancur bersamaan dengan air mata yang jatuh mengalir dari kedua sudut matanya. "El, kenapa kamu tega? Apa salah aku, El? Kenapa kamu janjiin pernikahan ini kalau kamu enggak siap? Apa yang kamu pikirin sampai kamu tega ninggalin aku di sini sendiri? Aku harus bagaimana kalau enggak ada kamu?" Freya lagi-lagi hanya bisa membatin piluh sambil terus menangis. Membiarkan air mata terus jatuh membasahi kedua pipinya, walau disaksikan semua tamu yang sudah berkumpul di rumahnya. Freya tak pernah menyangka jika Elmer tega menghancurkan hidupnya tepat di hari pernikahan mereka berdua. Hari yang seharusnya jadi hari yang bersejarah untuk mereka, melukiskan kisah cinta yang baru dimulai untuk menjadi kenangan manis di kemudian hari. Namun, apa yang Freya dapatkan kini? Semua hal manis yang sudah terlukis di benaknya terhapus dengan begitu mudahnya bersama rasa malu dan sakit hati yang bercampur menjadi satu. Freya pun memutuskan untuk pergi dari hadapan Indah, masuk ke dalam kamar, dan menutup pintu rapat-rapat. Di sana, Freya meluapkan kesedihannya kembali, menutupi wajahnya yang basah karena dihujani air mata dengan jemari yang sudah terasa dingin. "Ya Allah, sekarang gimana aku menghadapi para tamu yang udah datang? Mereka pasti akan semakin menghinaku." Air mata Freya terus menetes. Raut wajahnya tampak begitu sendu. "Aku benar-benar enggak sanggup menanggung rasa malu ini." Freya menangkup wajahnya. Tertunduk lesu dan semakin hanyut dalam kesedihan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN