Deru napas dan detak jantung dari Arden sekeluarga masih menjadi suara utama dalam kebersamaan merekap. Harap-harap cemas mereka kompak menatap pak Saman, menunggu pria itu bersuara. Meski tidak sampai berkeringat, bagi Arden sekeluarga khususnya Arden, kebersamaan kini benar-benar mencekam. Nenek Kanaya dan Diana duduk bersebelahan di sofa yang sama. Sementara di hadapan keduanya, Arden dan Intan juga duduk bersebelahan. Dan di sofa tunggal yang menjadi sentral di ruang tamu utama kedua kebersamaan mereka, Pak Saman tengah menatap kalender yang pria itu pegang menggunakan kedua tangannya. Kedua mata pak Saman menatap saksama kalender yang juga dihiasi penanggalan Jawa tersebut, sambil sesekali melirik Arden dengan lirikan yang sangat serius. “Tanggal yang Arden maksud tepat di hari Seni