Setelah terdiam tak ubahnya mayat hidup karena merasa sangat terkejut, tubuh Intan berakhir ambruk dan terduduk tak jauh dari keberadaan Pandu. Mata Intan yang terus menatap Wenny, makin basah dan tak hentinya bergetar. Untuk sekilas, Intan menatap Pandu. Pria itu membisu, terduduk loyo di lantai sebelahnya. Tatapan Pandu memang kosong, tapi dari kedua matanya, butiran bening terus berjatuhan. Kenyataan tersebut makin membuat Intan bingung. Intan sungguh tidak paham dengan sandiwara yang tengah terjadi. Keadaan di sana sungguh sulit dimengerti, ngeri. Kebahagiaan itu, kebahagiaan yang selalu terbingkai nyata, kini mendadak digantikan dengan duka. Semuanya sungguh sirna tanpa ada sedikit pun yang tersisa. Anggapan kebahagiaan akan abadi menyelimuti kebersamaan mereka walau raga tak lagi be