Pandu tak kuasa menahan emosinya dan refleks mendorong punggung Inara sekuat tenaga hingga wanita itu berakhir meringkuk di lantai. “Ya ampun Pandu, sakit!” erang Inara sambil menyeringai menahan sakit. Ia menatap tak habis pikir Pandu yang menatapnya dengan tatapan keji. Pria itu terlihat sangat marah kepadanya. Pandu menggeleng tak habis pikir, “Aku beneran muak ke kamu, Ra! Enggak paham aku maunya kamu apa! Heran, otak dan hati kamu terbuat dari apa, sih? Bisa-bisanya kamu menjadikan mamah kandungmu sebagai kelinci percobaan! Dia wanita yang sudah mengandung sekaligus melahirkanmu, wanita yang selama ini rela jadi nenek sihir untuk anak perempuan pertamanya hanya untuk kebahagiaanmu! Hewan saja enggak sekeji kamu, ya!” tegasnya. Inara tak membalas sekalipun ulah Pandu membuat kekesal