Syafi sibuk dengan semua pekerjaannya, hingga pergerakkannya terhenti ketika pintu ruangannya di buka. Tanpa menolehkan kepalanya, ia tahu siapa yang datang. Berusaha untuk abai, hingga ia akhirnya menoleh ke arah pintu yang sudah terkunci. "Bapak mau apa, pagi-pagi sudah mengunci pintu?" tanya Syafi dengan raut wajah yang datar. "Memangnya tidak boleh?" tanya Aqlan seraya berjalan menghampiri meja Syafi. Ia berjalan ke samping kursi Syafi, satu tangannya menyentuh kening Syafi yang segera di tepis oleh Syafi. "Saya sudah baik-baik saja. Bapak bisa ke ruangan bapak saja. Saya harus menyelesaikan pekerjaan saya yang belum selesai saya kerjakan," ucap Syafi yang wajahnya masih datar. "Habis sakit, kenapa kamu berubah lagi, hum?" tanya Aqlan yang kini memutar kursi Syafi ke arahnya. Ia

