Elang menatap mata Dara yang redup, seolah menyimpan badai yang tak mampu ia ucapkan. Ia bisa merasakan keraguan Dara, juga luka yang mungkin ia timbulkan tanpa sadar. Tapi satu hal yang pasti—ia tidak ingin melihat Dara terluka, apalagi karena dirinya. Ia menarik napas dalam, mendekat perlahan. “Aku memang belum mengerti sepenuhnya apa yang kurasakan,” bisiknya pelan, “Tapi aku tahu satu hal—aku nggak akan pernah kembali ke Cindy.” Dara menunduk, tapi Elang mengangkat dagunya lembut. “Aku di sini, Dara. Bukan buat main-main. Aku ingin kita jalanin ini, apapun namanya.” Tanpa menunggu jawaban, Elang memantapkan hatinya. Ia mendekat dan mengecup bibir Dara dengan lembut, hati-hati, seolah mencurahkan seluruh ketulusannya lewat sentuhan itu. Bibir mereka bersentuhan dalam keheningan

