"Kenapa kamu menyembunyikannya dari saya, Yasmin? Kenapa?!" Batin Hans menjerit. Entah sudah berapa lama ia menangis, tapi yang jelas kali ini lebih sakit dari sebelumnya. Tidak ada perumpamaan yang bisa menggambarkan sakit hatinya saat ini. Ia hanya bisa menatap pilu ke kertas yang menunjukkan hasil pemeriksaan kehamilan Yasmin. Ternyata, saat ia melampiaskan dendam dan amarahnya malam itu, Yasmin sudah dalam kondisi berbadan dua. Istri sahnya itu tengah mengandung darah dagingnya. Mengapa pria itu tega memberikan hukuman seberat itu? "Saya menyesal, Yas. Saya menyesal kenapa saat itu tidak mendengarkan semua ucapan kamu! Kenapa saya harus kehilangan kamu? Kenapa kamu harus membawa pergi anak kita?" Hans menjerit. Beban itu makin mencekik, tidak hanya di kepala, tapi juga hati. Ia m