Pertanyaan Bram justru makin membuat perasaan Hans campur aduk. Dua pasang mata yang sama-sama tajam itu saling menatap. Bedanya, Bram kali ini pemegang kendali, sementara Hans seperti dijebak dalam situasi yang bisa saja membuat amarahnya meledak sewaktu-waktu. Akhir-akhir ini semuanya terasa berantakan. Jadwal kacau, kesehatan naik-turun, juga emosi tak terkontrol. Rasa lelahnya seperti dituntut untuk menyingkir sementara saat tubuhnya dilempar ke sana kemari untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami sekaligus ayah. Lebih tepatnya, menjadi orang tua tunggal yang berperan ganda. “Jangan basa-basi, Bram. Katakan kalau memang kamu tau ke mana Yasmin!” Hans menuntut, berharap jawaban segera ia dengar. Tapi, Bram hanya terkekeh. Ia berjongkok lebih dulu, menyetarakan posisinya denga