Davina tergagap. Tapi, sudut matanya melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah hampir pukul 00.00 dan ia baru saja pulang. “Jawab, Vin!” Permintaan itu tidak langsung dijawab oleh Davina. Ia masih berdiri di atas lantai dingin itu, menopang tubuh beratnya dengan kedua kaki yang lemas. Kepalanya menunduk, menghindari tatapan Hans yang makin menajam. Harus bagaimana ia menjawab? Suaminya itu bukanlah sosok yang mudah saja dibohongi. “Semakin kamu diam, semakin terlihat kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku, Vin!” Kalimat itu membuat Davina terenyak. Ia melangkah mundur, berharap punya tumpuan lain sebagai sandaran. Hans bersedekap d a da. Wajah layu Davina ia telisik baik-baik. Keringat masih tersisa di bagian pelipis. Syal yang melingkar